Selasa, 03 April 2012

MYELIN: Mobilisasi Intangible Menjadi Kekuatan Perubahan

Hampir sebagian besar buku pengembangan diri mendoktrinkan sebuah perubahan selalu berasal dari karakter. Dan perubahan karakter sendiri terjadi ketika terjadi perubahan kebiasaan. Terakhir, perubahan kebiasaan pun selalu terjadi karena perubahan pikiran yang diasah terus-menerus. Yang cukup mengherankan adalah beberapa buku pengembangan diri tersebut memberhentikan pembahasannya sampai tahap pikiran, dan tidak melanjutkannya sampai level yang terkecil lagi. Untunglah beberapa pakar seperti D. Coyle, Tony Buzan, N. Bontis dan C. W. Choo, dan beberapa pakar lainnya, telah menjelaskan bagian terkecil lagi dari hanya sebuah kata ‘pikiran’ saja.
Rhenald Kasali  yang telah menggebrak dunia manajemen perubahan lewat bukunya yang berjudul Recode Your Change DNA beberapa tahun silam, kini kembali menggebrak dunia manajemen perubahan, lewat memadukan pemikiran pakar pikiran dunia tadi dalam sebuah buku andalan terbarunya yang berjudul Myelin: Mobilisasi Intangible Menjadi Kekuatan Perubahan. Buku barunya ini akan membahas pentingnya peran myelin di balik proses terbentuknya intangible (aset kasat mata). Didalamnya, Anda akan menemukan nama seperti Susan Boyle, Richard Branson, Purnomo Prawiro, Roberta Guaspari, yang dicontohkan oleh penulis sebagai seseorang yang memiliki intangible yang kuat. Tidak selesai sampai disitu, penulis menambahkan lagi nama perusahaan seperti  WIKA, Blue Bird, Toyota, Adira, Dexa, ISS, Bank Maniri, Merck, dan perusahaan besar lainnya  yang bergiat dengan Intangible nya.
Kini, yang jadi pertanyaan adalah apakah myelin itu. Rhenald Kasali mengutip pernyataan D. Coyle untuk menjawab pertanyaan tadi. Myelin adalah sebuah untaian yang membungkus jaringan syaraf manusia. Myelin berfungsi sebagai insulasi yang membungkus jaringan syaraf manusia. Semakin intens seseorang terlibat dalam tindakan atau latihan, semakin tebal myelin-nya, semakin hebat ia bekerja. Makanya tidak salah jika pembentukan dan penebalan myelin ada di balik kesuksesan artis besar, pelukis terkemuka, akademisi terpandang, keterampilan karyawan, bahasa tubuh para pemimpin besar, action oriented para entrepreneur sukses, dan terobosan-terobosan yang dilakukan perusahaan inovatif yang disegani masyarakat.
Lebih lanjut lagi, penulis membedakan dua istilah tentang dunia memory yang kerap salah kaprah saat ini. Kadangkala kita sering memberikan kursi raja pada suatu memori saja yang bernama brain memory. Brain memory adalah sebuah sistem dan pengatur informasi yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Namun temuan-temuan terbaru dalam ilmu biologi menunjukan ada memori lain yang tidak kalah penting, yaitu muscle memory yang terletak di seluruh jaringan otot kita.
Brain memory terbentuk karena pengetahuan, dan muscle memory (yang selanjutnya disebut pula dengan myelin) terbentuk karena latihan. Manusia yang mengasah brain memory­-nya saja akan menjadi manusia formula, dan manusia yang mengasah muscle memory-nya saja akan bergerak secara reflektif otomatis. Gabungan antara keduanya akan memunculkan sebuah daya saing yang berlimpah dalam bentuk nilai-nilai yang intangible, serta perubahan tangible dahsyat yang akan berbeda dibandingkan dengan orientasi-orientasi sebelumnya.
Beberapa bab didalamnya, akan disuguhkan berbagai macam riset, pengalaman, pengetahuan, dan perjalanan yang berkaitan dengan pembahasan peran myelin sebagai mobilisator perubahan. Kurang lebih potret yang akan terbahas adalah Culture of Dicipline, Intrapreneuring, Knowledge Dicipline, Value Creation Dicipline, dan Disiplin Ekspansi. Semuanya dikemas apik oleh Rhenald Kasali.
Terakhir, buku ini ditutup dengan evaluasi pembelajaran-pembelajaran yang bisa diambil untuk memupuk intangible serta peran myelin dalam membangun kembali keunggulan dunia usaha Indonesia dan melakukan perubahan. Sebagai penutup, saya ingin mengutip sebuah pernyataan Abraham Lincoln yang semoga mampu mengobarkan semangat Anda untuk memupuk intangible dan mengakumulasi myelin. Selamat berjuang.
I do the very best I know how –the very bes I can;
And I mean to keep on doing so until the end.”
–Abraham Lincoln–

Tidak ada komentar:

Posting Komentar